membakar masa lalu…

Membakar masa lalu samakah melupakan kenangan masa silam? Tepat setahun lalu ketika pindah ke sini, ke rumah baru Ibu di kampung, saya memboyong barang-barang saya dari Bogor. Ada begitu banyak barang atau koleksi yang saya bawa. Sesungguhnya, itu hanya ¼ dari semua kepunyaan saya. Selebihnya saya tinggal di Bogor – ada yang saya jual murah dan banyak yang saya bagi-bagikan kepada tetangga satu kompleks.
Salah satu dari barang-barang yang saya bawa adalah kumpulan surat-surat pribadi saya zaman dulu, kala saya masih SMA di Bukittinggi, kuliah di Padang, dan bekerja/tinggal di Jakarta dan Bogor. Surat-surat itu berumur belasan sampai dua puluhan tahun. Dan berhubung saya tidak punya kamar yang besar dengan barang bawaan yang lumayan banyak, akhirnya kumpulan surat-surat pribadi itu dibakar dengan alasan untuk kenyamanan. Sebelum membakarnya, saya sempat membaca beberapa surat di samping tempat pembakaran. Kemudian dengan perasaan yang tidak stabil, surat-surat itu saya lempar ke api yang menyala di satu siang. Badan saya bau asap.
Karena alasan tempat yang tidak memadai, saya juga merelakan sebagian dari barang-barang yang saya bawa dibagikan lagi kepada tetangga terdekat dan sanak saudara. By the way, surat-surat itu mostly berasal dari teman SMA saya, Tienn Immerie. Waktu itu dia pindah sekolah ke Pangkal Pinang di Pulau Bangka mengikuti bapaknya yang pindah kerja, dan kemudian kuliah di Sastra Jepang, UGM. Sebulan yang lalu saya baca di koran lokal [Singgalang], dia menjadi Wakil Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Padang.
Saya bertanya kepada diri saya apakah membakar surat-surat lama sama dengan membakar kenangan masa lalu?

[while listening to Alanis Morissette’s “Mary Jane” – Ganting, Agam : 10.30am, Thursday-January 27, 2011]

About donnisaid

suka musik!
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment